LAPORAN PENDAHULUAN
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
1. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Gagal ginjal
kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal
ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner
& Suddarth, 2001; 1448)
Gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2.
secara konsep CKD, untuk menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology
CCT ( clearance creatinin test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan
CRF ( cronic renal failure ) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan
istilah CRF.
B. Etiologi
· Infeksi
misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
· Penyakit
vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
· Gangguan
jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
· Gangguan
kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
· Penyakit
metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
· Nefropati
toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
· Nefropati
obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
· Batu saluran
kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 :
penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
- Stadium 2 :
insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 :
gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 :
kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium
2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60-89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium
3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 :
kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 :
kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
D.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain
(Long, 1996 : 369):
a) Gejala dini
: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b) Gejala yang
lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas
baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin
tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut
(Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah
sebagai berikut:
a)
Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi,
nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b)
Gannguan Pulmoner
Nafas
dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c)
Gangguan gastrointestinal
Anoreksia,
nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus,
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
d)
Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg
sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet syndrom
( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati (
kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e)
Gangguan Integumen
kulit
berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom,
gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f)
Gangguan endokrim
g)
Gangguan seksual : libido fertilitas
dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin
h)
Gangguan cairan elektrolit dan
keseimbangan asam dan basa
Biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
i)
System hematologi
anemia yang
disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa
hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi
trombosis dan trombositopeni.
E.
Pemeriksaan Penunjang
Didalam
memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
-
hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit,
Trombosit
-
RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
-
LFT (liver fungsi test )
-
Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
-
koagulasi studi
PTT, PTTK
-
BGA
2. Urine
-
urine rutin
-
urin khusus : benda keton, analisa kristal
batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
-
ECG
-
ECO
4. Radidiagnostik
-
USG abdominal
-
CT scan abdominal
-
BNO/IVP, FPA
-
Renogram
-
RPG ( retio pielografi )
F.
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi
tiga yaitu :
a) Konservatif
-
Dilakukan
pemeriksaan lab.darah dan urin
-
Observasi
balance cairan
-
Observasi
adanya odema
-
Batasi
cairan yang masuk
b) Dialysis
-
peritoneal
dialysis
biasanya
dilakukan pada kasus – kasus emergency.
-
Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
-
Hemodialisis
-
Yaitu
dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
-
AV
fistule : menggabungkan vena dan arteri
-
Double
lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
-
Operasi
-
Pengambilan
batu
-
transplantasi
ginjal
2.
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1)
Aktivitas
/ istirahat
Gejala
: Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia / gelisah
atau somnolen)
Tanda
: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2)
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama,
atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema
jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak,tangan, disritmia jantung.
Nadi lemah halus,hipotensi
ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.
3)
Integritas
ego
Gejala : Factor stress, contoh
financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
4)
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
5)
Makanan/
cairan
Gejala : Peningkatan berat badan
cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan amonia), penggunaan
diuretic
Tanda : Distensi abdomen / asites,
pembesaran hati,, perubahan turgor kulit / kelembaban, edema (umum,tergantung),
ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah, penurunan oto, penurunan lemak
subkutan, penampilan tak bertenaga.
6)
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan
kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental,
contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku
rapuh dan tipis.
7)
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala
; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/
distraksi, gelisah.
8)
Pernapasan
Gejala : napas pendek ; dispnea
nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea,
peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan
sputum merah muda – encer (edema paru).
9)
Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai peningkatan pada pasie yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal., petechie,
10)
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea
; infertilitas
11)
Interaksi
social
Gejala : kesulitan menentukan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn fungsi peran biasanya dalam
keluarga.
12)
Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko
tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter,kalkulus
urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh, obat, racun
lingkungan
B. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah,
pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah
danprosedur dialysis
4. Gangguan
harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan pada
citra diri dan disfungsi seksual.
5. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan
C. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan
Intervensi:
a.
Kaji status cairan ; timbang berat
badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema,
distensi vena leher,tekanan darah, denyut dan irama nadi.
R:
pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
b.
Batasi masukan cairan
R:
pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal, haluaran urin,dan respon
terhadap terapi.
c.
Identifikasi sumber potensial cairan
; medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena,
makanan.
R: sumber
kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
d.
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan
R:pemahaman
meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
e.
Beritahu pasien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
R:
kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
f.
Tingkatkan dan dorong hygiene oral
dengan sering
R: hygiene
oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut.
Tujuan:
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi:
a)
Kaji status nutrisi ; perubahan
berat badan, nilai laboratorium BUN,Kreatinin.
R:
Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
b)
Kaji pola diet nutrisi pasien ;
riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
R: pola diet
dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
c)
Kaji factor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi ; anoreksia, mual atau muntah, diet yang tidak
menyenangkan bagi pasien, depresi,kurang memahami pembatasn diet,stomatitis.
R:
menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat dirubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan oral.
d)
Menyediakan makanan kesukaan pasien
dalam batas-batas diet.
R: Mendorong
peningkatan masukan diet
e)
Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi telur, produk susu, daging.
R: protein
lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan penyembuhan.
f)
Anjurkan camilan tinggi kalori,
rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan.
R:
Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk
energy, membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
g)
Jelaskan rasional pembatasan diet
dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar
kreatinin.
R:Meningkatkan
pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea,kadar kreatinin dengan
penyakit renal.
h)
Ubah jadwal medikasi sehingga
medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan
R: Ingesti
medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.
i)
Sediakan daftar makanan yang
dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan
natrium atau kalium.
R:Daftar
yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan
merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
j)
Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama waktu makan
R: Faktor
yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
k)
Timbang berat badan harian
R: Untuk
memantau status cairan dan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah danprosedur dialisis
Tujuan:
Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a.
Kaji factor yang menimbulkan
keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,retensi produk
sampah,depresi.
R:
Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b.
Tingkatkan kemndirian dalam
aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu jika keletihan terjadi.
R:
Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.
c.
Anjurkan aktivitas alternative
sambil istirahat.
R: Mendorong
latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat
yang adekuat.
d.
d.
Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
R: Istirahat
yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak paisen sangat
melelahkan.
4. Gangguan harga diri
berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan pada citra diri
dan disfungsi seksual.
Tujuan:
Memperbaiki konsep diri
Intervensi:
a.
Kaji respons dan reaksi pasien dan
keluarga terhadap penyakit dan penanganan.
R:
Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan perubahan dalam hidup.
b.
Kaji hubungan antara pasien dengan
anggota keluarga terdekat.
R: Penguatan
dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
c.
Kaji pola koping pasien dan anggota
keluarga
R: Pola
koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destrukstif ketika
memandang pembatasan yan ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.
d.
Ciptakan diskusi terbuka tentang
perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan ; perubahan peran,
perubahan gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan, perubahan sekual,
ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
R: Pasien
dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.
e.
Gali cara alternative untuk ekspresi
seksual lain selain hubungan seksual.
R: Bentuk
alternative ekspresi seksual dapat diterima.
f.
Diskusikan peran member dan menerima
cinta, kehangatan, dan kemesraan.
R:
Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada
tahap maturitansnya.
5. Kurang pengetahuan
tentang kondisi, dan program penanganan berhungan dengan kurang
informasi.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan.
Intervensi:
a.
Kaji pemahaman mengenai penyebab
gagal ginjal, konsekuensinya, dan penanganannya ; penyebab gagal ginjal pasien,
pengertian gagal ginjal, pemahaman mengenai fungsi renal, hubungan antara
cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal, rasional penanganan (hemodialisis,
dialysis peritoneal, transplantasi)
R: Merupakan
instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
b.
Jelaskan fungsi renal dan
konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien
untuk belajar
R: Pasien
dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
c.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang
mempengaruhi hidupnya.
R: Pasien
dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
d.
Sediakan informasi baik tertulis
maupun secara oral dengan tepat tentang ; fungsi dan kegagalan renal,
pembatasan cairan dan diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala,
jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.
R: Pasien
memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah.
D. Implementasi
Implementasi
merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :
Intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap
implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
D. Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan
dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar
H, dkk, 1989).
Evaluasi pada klien dengan CKD, yaitu :
1.
Berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan teratasi
2.
Masukan
nutrisi yang adekuat teratasi
3.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang
dapat ditoleransi teratasi
4.
Konsep diri teratasi
5.
Pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi
8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Long, B C. (1996). Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung :
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta :
EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC\
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I
II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
0 komentar:
Posting Komentar