makalah komunikasi arab

04.49 |



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Hafied Cangara). Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B Taylor)
Adapun komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai :
·         Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau lebih
·         Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya.
Komunikasi Lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru).
Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya yaitu :
a)      Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
b)      Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
c)      Komunikasi Lintas budaya menghasilkan kuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang terlibat,
d)     Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijalin secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media,
e)      Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau tidaknya dipengaruhi,
f)       Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi,

1.2  Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui  gambaran kebudayaan Saudi Arabia
2.      Untuk mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3.      Untuk mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4.      Untuk mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan

1.3  Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Agar pembaca dapat lebih memahami gambaran kebudayaan Saudi Arabia
2.      Agar pembaca mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3.       Agar pembaca mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4.      Agar pembaca mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan

1.4  Ruang Lingkup
            Makalah ini membahas tentang spesifikasi kebudayaan Saudi Arabia




BAB II
GAMBARAN BUDAYA SAUDI ARABIA

2.1              Karakteristik Demografi
Hal menjelaskan tentang fitur demografis penduduk Arab Saudi, termasuk kepadatan penduduk, etnis, tingkat pendidikan, kesehatan rakyat, status ekonomi, afiliasi keagamaan dan aspek lain dari populasi. Demografi Arab Saudi, data FAO, tahun 2005; Jumlah penduduk dalam ribuan.
Saudi Arabia berpenduduk sebanyak 4 juta jiwa dan 1,6 juta jiwa yang bukan warga negara  dengan 50% datang dari Asia Selatan. Kebanyakan masyarakat pribumi datang dari keturunan Persia. Hampir semua rakyat di Uni Emirat Arab adalah Muslim. Sekitar 80% penduduknya bisa membaca dan menulis. Sensus penduduk Arab Saudi sejak April 2010 adalah 27.136.977, terdiri dari 18.707.576 warga Saudi dan 8.429.401 warga negara asing.
Sampai tahun 1960, sebagian besar penduduk Arab Saudi adalah nomaden atau seminomadic karena pertumbuhan ekonomi dan perkotaan yang cepat.Beberapa kota dan oasis memiliki kepadatan lebih dari 1.000 orang per kilometer persegi (2.600 / mil ²). Penduduk Arab Saudi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk  yang cepat.Arab Saudi dikenal sebagai tempat kelahiran Islam yang mewajibkan semua muslim untuk menggunakannya sebagai tempat haji, atau ziarah ke Mekah, setidaknya sekali selama hidup jika mereka mampu melakukannya. Lingkungan budaya di Arab Saudi sangat konservatif, negara menganut interpretasi yang ketat hukum agama Islam (syariat). Budaya presentasi harus sesuai dengan standar etika yang didefinisikan secara sempit. Pria dan wanita tidak diizinkan untuk menghadiri acara publik bersama-sama dan dipisahkan di tempat kerja.
Saudi kebanyakan didominasi oleh etnis Arab. Beberapa berasal dari etnis campuran dan keturunan dari Turki, Iran, Somalia Indonesia, India, Rusia, Afrika yang sebagian besar bermigrasi sebagai peziarah dan berada di wilayah Hijaz di sepanjang pantai Laut Merah seperti Jeddah, Mekkah dan Madinah. Menurut survei acak, sebagian besar calon Saudi berasal dari benua dan negara-negara Arab.Banyak orang-orang Arab dari negara-negara terdekat bekerja di kerajaan. Ada juga sejumlah besar ekspatriat Asia yang sebagian besar berasal dari India, Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, Indonesia dan Filipina.Pada 1970-an dan 1980-an, ada juga komunitas signifikan buruh migran Korea Selatan yang berjumlah ratusan ribu. Tetapi pemerintah Korea Selatan hanya menunjukkan 1.200 warga negara mereka yang tinggal di  kerajaan tersebut. Pada tahun 2005,ada lebih dari 100.000 orang barat di Arab Saudi yang sebagian besar tinggal di senyawa swasta di kota-kota besar seperti Riyadh, Jeddah dan Dhahran. Pemerintah melarang non-Muslim untuk tinggal di kota Mekah.

2.2              Karakteristik Sosiologis Cultures
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang itu benar-benar orang Arab. Salah satu karakteristik yang pasti adalah rasa bangga menjadi orang Arab. Semua aspek fisik, geografis, dan agama mereka sangat beraneka ragam.Namun demikian, kefasihan dalam berbicara Arabic (atau dialek Arab) dan kecintaan terhadap budaya warisan Arab mungkin adalah dua hal paling penting.
Di dunia Arab modern, nilai-nilai tradisional sudah berubah. Hal ini disebabkan oleh urbanisasi, industrialisasi, dan berkurangnya suku-suku yang ada. Kini, hanya 5% dari orang Arab modern yang tinggal di gurun sebagai penggembala dan beberapa komunitas orang Arab yang cukup besar bisa ditemukan di hampir semua dunia barat. Sekitar 40% orang Arab tinggal di kota-kota besar. Hal ini telah menyebabkan ikatan tradisional keluarga dan suku putus. Kini, para wanita dan pria memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih besar. Banyak juga perubahan-perubahan lain yang menciptakan "kelas menengah" baru dalam masyarakat mereka. Komunitas imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara bukan Arab) masuk dalam ketegori "kelas menengah". Karena para imigran Arab sangat terbuka terhadap budaya barat, budaya dan gaya hidup tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan. Akibatnya, ikatan budaya mereka merenggang.
Ada berbagai jenis pekerjaan bagi sebagian besar imigran Arab. Hal ini sangat membantu kehidupan miskin mereka. Namun di sisi lain, hal tersebut mengendorkan ikatan tradisional keluarga mereka. Para wanita diberi kebebasan untuk meninggalkan rumah. Perjodohan dan tekanan sosial untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan agama tradisional pun semakin sedikit.
Dibanding struktur sosial di gurun atau desa Arab, struktur sosial para imigran Arab lebih rumit. Sekarang ini, kebanyakan imigran Arab mengakui jati diri mereka berdasar kebangsaan, bukan kesukuan.
Meskipun persatuan politik masih merupakan mimpi bagi masyarakat Arab, bahasa Arab masih menjadi pemersatu paling utama. Dalam upayanya melestarikan bahasa ibu mereka, Arab telah mempertahankan dua jenis bahasa Arabic. Jenis bahasa yang pertama adalah bahasa Arab klasik (classical Arabic) yaitu bahasa religius dan sastra yang diucapkan dan dituliskan secara seragam di dunia Arab. Jenis bahasa yang kedua adalah bahasa Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic) yaitu bahasa lisan informal yang berbeda-beda, tergantung dialek masing-masing daerah. Kedua jenis bahasa tersebut digunakan oleh orang-orang Arab yang berpendidikan.
Beberapa upaya untuk memelihara tradisi budaya, seperti penamaan anak, telah dilakukan. Umumnya, nama seorang anak Arab mencerminkan tiga elemen penting dalam kehidupan Arab: sanak keluarga, rumah, dan agama. Jadi, seorang bocah lelaki mungkin saja bernama Muhammad bin Ibrahim al Hamza. "Muhammad" merupakan nama religiusnya. Lalu "bin Ibrahim" adalah nama ayahnya. Dan "Al Hamza" berarti dia berasal dari desa Hamza. Para gadis juga diberi nama yang mirip, yang tetap digunakan meski setelah mereka menikah. Hal ini menunjukkan tradisi Arab Muslim, meskipun para wanita tunduk pada para pria, mereka tetap mempertahankan identitas, hak, dan ikatan keluarga mereka.
Penyunatan bagi laki-laki masih merupakan sebuah tradisi dalam masyarakat Arab. Acara ini digelar pada sekitar tahun ketujuh, dan diadakan sebagai pertanda masuknya anak laki-laki ke dalam masyarakat religius. Para gadis jarang disunat, kecuali di beberapa daerah yang terisolasi.
Awal mula masa Islam adalah saat "identitas Arab" mempunyai arti bahwa semua orang Arab adalah keturunan dari seorang pria biasa. Oleh karena itu, menjadi orang Arab akan dihargai, dihormati, dan mendapat hak istimewa. Muhammad adalah orang yang pertama kali mengajar ajaran Islam pada orang Arab di awal abad ketujuh. Hubungan sejarah antara orang Arab dan agama Islam masih sangat kuat. Sekarang ini, sekitar 93% orang Arab adalah Muslim, yang termasuk dalam sejumlah sekte: Shia ("Ithna Ashari" atau "Ismaeli"), Alawi, Zaidi, dan Sunni. Muslim Sunni adalah sekte paling besar.

2.3              Karakteristik Biologis Masyarakat Budaya Saudi Arabia
Secara umum, ciri fisik masyarakat Arab adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki postur tubuh tegap, tinggi, besar.
2.      Berambut keriting
3.      Berhidung mancung
4.      Memiliki alis mata yang tebal

2.4              Karakteristik Psikologis Masyarakat Budaya Saudi Arabia
Bangsa Badui sebagai representasi kehidupan psikologis masyarakat Arab baik sebagai masyarakat nomand maupun urban. Orang Badui bukanlah bangsa gipsi yang mengembara tanpa mengetahui arah. Mereka telah mewakili bentuk adaptasi kehidupan terbaik manusia terhadap kondisi geografisnya yang dimonopoli oleh gurun. Perbedaan domisili antara perkotaan dan masyarakat gurun hanya dimotivasi oleh desakan kuat untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan perlindungan diri.
Orang Arab Badui merupakan gambaran nyata dari kondisi alam gurun yang penuh dengan kekerasan dan keganasannya. Sebuah karakteristik masyarakat yang dibentuk oleh keadaan geografis lingkungan tempat tinggalnya. Di antara karakteristik masyarakat Arab Badui adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Etnosentrisme Historis Yang Kuat
Masyarakat Badui enggan untuk mengikuti pengaruh dan cara hidup asing, dan memilih untuk hidup dengan tradisi yang telah ditanamkan oleh para leluhurnya. Masyarakat ini selalu bertahan dengan tata kehidupan para pendahulunya baik dalam memilih tempat tinggal, berternak hewan, serta menganggap pertanian, perdagangan dan bahkan kerajinan akan menurunkan derajat mereka.
2. Memiliki Ikatan Darah Dan Kesukuan Yang Kuat
Gurun pasir yang gersang dan keras tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai penjaga tradisi sacral mereka, pemelihara kemurnian bahasa dan darah mereka, dan benteng pertahanan yang utama dan paling utama dari serangan musuh dari luar. Kondisi yang panas, langka akan persedian air dan makanan telah menjadikan karakter bangsa Arab enggan untuk menundukkan kepala pada kendali bangsa asing. Bagi orang badui tidak ada musibah paling hebat dan paling menyakitkan selain putus keanggotaan dengan sukunya. Mereka yang tidak memiliki suku manapun sungguh statusnya seperti buronan tanpa perlindungan dan keselamatan.
3. Memiliki Nilai Kesukuan Yang Tinggi
Dalam tataran sosial kemasyarakatan, mereka dikenal keras dan kejam terhadap musuhnya. Orang badui merupakan sahabat yang setia dan pemurah (dhiyafah) yang dibarengi dengan ketabahan (hamasah) dan kewibawaan laki-laki (muru’ah) yang dipandang sebagai salah satu nilai kesukuan yang tinggi. Kondisi alam yang keras dan tidak bersahabat telah menumbuhkan kepentingan  bersama untuk menjalankan satu tugas suci yaitu bersikap ramah dalam menyambut tamu.
4. Bangsa Yang Demokrat
Bangsa Arab secara umum dan masyarakat Badui terlahir sebagai seorang democrat di mana ia berhadapan dengan syaikh dalam kedudukan yang setara. Gelar malik (raja) tidak pernah digunakan orang Arab kecuali ketika merujuk pada penguasa-penguasa asing khususnya warga Ghassan dan warga Kindah yang telah dipengaruhi oleh Romawi dan Persia.
5. Berwatak Aristokrat
Selain bersifat demokratis, bangsa Arab juga memiliki sifat aristocrat. Ia memandang dirinya sebagai perwujudan dari pola penciptaan unggulan. Baginya bangsa Arab adalah bangsa terbaik (afkhar al-umam). Kemurnian darah, kefasihan bahasa, keindahan puisi, kekuatan pedang dan kudanya serta kemuliaan keturunannya (nasab) merupakan kebanggaan utama bangsa Arab. Mereka menganggap geneologi mereka setara dengan ilmu pengetahuan.
6. Bangsa yang Egaliter
Bangsa Arab merupakan bangsa yang menjunjung tinggi harkat martabat orang lain, mensejajarkan posisi dan status sosial dalam kehidupan masyarakat.
7. Memiliki gaya bahasa kiasan yang tidak bersifat lugas dan langsung   
Gaya komunikasi orang Arab berbeda dengan pembicaraan orang-orang Barat (Amerika dan Jerman) yang berbicara dengan langsung dan lugas. Dalam hal berbicara, orang-orang Arab kurang menyampaikan pesan secara langsung dan lugas. Dengan kata lain, orang Arab masih tidak berbicara apa adanya, masih kurang jelas dan kurang langsung.
G. Ciri–Ciri Psikologis dan Fisik Bangsa Arab.
Di samping sifat umum masyarakat Arab yang tersebut di atas, masyarakat Arab ciri-ciri fisik maupun non fisik yang berbeda dengan kebanyakan bangsa di kawasan Asia Barat. Di antara sifat-sifat psikis bangsa Arab adalah sebagai berikut:
1.      Memiliki keteguhan pendirian dan kesabaran yang telah menjadi nilai luhur yang mereka pegang sehingga mereka mampu bertahan dalam kondisi alam yang begitu keras.
2.      Kepasifan dalam menanggung beban hidup  lebih penting daripada mengubah kondisi yang ada seberat apapun beban yang akan mereka tanggung.
3.      Individualisme yang tinggi sehingga mereka tidak pernah bisa mengangkat dirinya sejajar dengan masyarakat sosial menurut standar nasional. Itulah yang menyebabkan mereka enggan untuk mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi mereka.
4.      Memiliki disiplin yang kuat sebagai bentuk penghormatan terhadap ketertiban dan otoritas.
5.      Memiliki keberanian berani sebagai bentuk adaptasi terhadap kerasnya persaingan hidup masyarakat gurun yang keras dan kejam.
6.      memilik banyak isyarat non-verbal khas Arab lainnya yang berbeda makna dengan isyarat non-verbal dalam bahasa Indonesia.

2.5              Ciri Khas Budaya Saudi Arabia
Pengaturan budaya Arab Saudi Arab dan Muslim. Banyak larangan perilaku dan berpakaian ditegakkan. Misalnya minuman beralkohol dilarang dan tidak ada pameran atau publik teater film (sampai saat ini).Educated Saudi mendapat informasi tentang isu-isu dunia Arab, dunia Muslim, dan dunia pada umumnya, tetapi ekspresi publik tentang hal-hal domestik tidak dianjurkan. Tidak ada organisasi seperti partai politik atau serikat buruh untuk menyediakan forum-forum publik. Ciri khas yang nampak pada budaya Saudi Arabia adalah :

a.Musik dan tari
Salah satu ritual yang paling menarik rakyat Arab Saudi adalah Al Ardha, tarian nasional negara. Tarian pedang ini didasarkan pada tradisi Badui kuno: drumer mengalahkan irama dan nyanyian penyair ayat sambil membawa pedang-orang tari bahu ke bahu. Al-sihba musik rakyat, dari Hejaz, memiliki asal-usul di al-Andalus. Di Mekkah, Madinah dan Jeddah, tari dan lagu menggabungkan suara mizmar, instrumen woodwind obo-seperti di kinerja tari mizmar. Drum juga merupakan instrumen penting menurut adat tradisional dan suku. Samri adalah bentuk tradisional populer musik dan tari di mana puisi yang dinyanyikan tari Dabka dalam tarian utara dan perut untuk wanita dengan berbagai gaya seperti halnya styile khaleeji dalam gaya timur dan saedi di Hijaz.

b.Pakaian
Wanita Arab Saudi menggunakan prinsip yang ketat tentang jilbab (prinsip Islam kesopanan, terutama dalam pakaian). Secara tradisional, laki-laki biasanya memakai baju panjang pergelangan kaki tenunan dari wol atau kapas (dikenal sebagai thawba), dengan keffiyeh (persegi kotak-kotak besar kapas yang diadakan di tempat oleh sebuah gulungan kabel) atau ghutra (kotak putih polos yang terbuat dari katun halus, juga diadakan di tempat oleh sebuah kumparan kabel) dipakai di kepala. Untuk hari dingin yang jarang terjadi, laki-laki Saudi memakai jubah bulu unta (Bisht) di atas. pakaian wanita dihiasi dengan motif suku, koin, manik-manik, benang metalik, dan appliques. Wanita diminta untuk memakai abaya, niqab atau burqa saat di tempat umum. Para niqab Saudi biasanya daun panjang slot terbuka untuk mata, slot dipegang bersama oleh sebuah string atau strip sempit kain.Banyak juga memiliki dua atau lebih lapisan tipis yang melekat pada band atas, yang dapat dipakai membalik ke bawah untuk menutup mata.Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi campuran pakaian tradisional dengan gaya fashion saat ini.

c.Makanan
Hukum makanan Islam melarang makan daging babi dan minum alkohol, dan hukum ini diberlakukan ketat di seluruh Arab Saudi. Makanan paling populer di Arab Saudi KABSA yang beras dan daging. Arab roti tidak beragi, atau khubz, dimakan dengan hampir semua makanan. kokot lainnya termasuk domba, ayam panggang, falafel (bola buncis goreng), shawarma (ludah-dimasak domba diiris), dan Ful medames (pasta kacang Fava, bawang putih dan lemon). kedai kopi tradisional digunakan untuk mana-mana, namun saat ini sedang mengungsi karena gaya kafe makanan-lorong. teh Arab juga merupakan adat yang terkenal, yang digunakan dalam kedua pertemuan kasual dan formal antara teman-teman, keluarga dan bahkan orang asing. Teh hitam (tanpa susu) dan memiliki aroma herbal yang datang dalam banyak variasi.

d.Film dan teater
Teater umum dan bioskop telah dilarang selama lebih dari tiga dekade, sebagai tradisi Sunni dianggap lembaga-lembaga tersebut tidak sesuai dengan Islam. Namun, pada Juni 2009, warga akhirnya mendapat kesempatan untuk pergi ke bioskop ketika Menahi, sebuah film yang diproduksi oleh Rotana, milik Pangeran Arab Saudi Al-Waleed bin Talal, mulai muncul di pusat budaya Raja Fahd di Riyadh.
Namun, teater IMAX tersedia, dan dalam senyawa swasta seperti Dhahran dan Ras Tanura teater publik dapat ditemukan, tetapi sering lebih populer untuk musik lokal, seni, dan produksi teater daripada pameran gambar gerak. DVD penjualan ritel, termasuk bahasa Arab, bahasa Inggris dan film India, secara hukum dan banyak tersedia.

e.Sastra
Beberapa novelis Saudi memiliki buku-buku mereka dipublikasikan di Aden, Yaman, karena sensor di Arab Saudi. Meskipun tanda-tanda peningkatan keterbukaan, novelis Saudi dan seniman dalam film, teater, dan seni visual menghadapi pembatasan lebih besar pada kebebasan berekspresi daripada di Barat. Novelis kontemporer Saudi meliputi:

    * Abdul Rahman Munif (diasingkan, sekarang almarhum)
    * Yousef Al-Mohaimeed
    * Abdu Khal
    * Turki al-Hamad (tergantung dari fatwa dan ancaman kematian)
    * Ali al-Domaini (di penjara)
    * Ahmed Abodehman (sekarang menulis dalam bahasa Perancis)
    * Raja'a Alem
    * Abdullah Al-emi
    * Rajaa Al Sanie, penulis Girls novel laris Riyadh

f. Agama
Kerajaan Saudi Arabia adalah sebuah monarki teokratis Islam di mana Islam adalah agama resmi, hukum mengharuskan bahwa semua warga negara Saudi adalah Muslim. Tidak ada kebebasan beragama. Pemerintah tidak memberikan pengakuan hukum atau perlindungan bagi kebebasan beragama, dan ini sangat terbatas dalam praktek. Selain itu, praktek umum agama-agama non-Muslim dilarang Mutaween Saudi (Arab:
مطوعين), atau Komite Propaganda Kebajikan dan Pencegahan Wakil (yaitu, polisi agama), memberlakukan larangan tersebut. Untuk alasan inilah, budaya Saudi tidak memiliki keragaman ekspresi keagamaan, bangunan, festival tahunan dan acara-acara publik yang terlihat di negara-negara di mana kebebasan beragama diperbolehkan.







BAB III
GAMBARAN POLA KOMUNIKASI BUDAYA SAUDI ARABIA

3.1.                   Komunikasi verbal
Sastra Arab adalah bahasa resmi dari 22 negara dan merupakan bahasa liturgi Islam karena merupakan bahasa Al Qur'an , yang berasal dari Kitab Suci umat Islam. Bahasa Arab sastra adalah kendaraan besar budaya di Eropa, khususnya dalam sains, matematika dan filsafat.  Arab juga meminjam kata-kata dari banyak bahasa, termasuk bahasa Ibrani , Yunani , Persia dan Syria di abad-abad awal, Turki di abad pertengahan dan bahasa Eropa kontemporer di zaman modern. Bahasa Arab ditulis dengan huruf Arab , yang merupakan abjad script, dan ditulis dari kanan-ke-kiri .
Kualifikasi vokal (volume, pitch, irama, tempo, dan nada). Dalam budaya Saudi Arabia, kenyaringan kualifikasi vokal menunjukkan kekuatan dan kelembutan menunjukkan kelemahan.
Penggunaan bahasa Arab secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.      Bahasa Arab ‘amiyah yaitu bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa ini terdiri dari :
·      Kelompok dialek Hedzjaz-Nejd yang mencakup dialek Hejaz, Nedj dan Yaman.
·      Kelompok dialek Suriah yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Suriah,Libanon,Palesyina,dan Yordania timur
·      Kelompok dialek Irak yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di negeri-negeri Irak
·      Kelompok dialek Mesir yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Mesir dan Sudan
·      Kelompok dialek Maroko yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Afrika utara
2.      Bahasa Arab fusha (fasih) yaitu bahasa Al Quran dan hadits. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa tulisan atau bahasa sastra dalam buku,surat kabar,majalah,hukum,administrasi,sastra,ceramah ilmiah,pengajaran dan khotbah. Secara umum ,bahasa Arab merupakan bahasa yang terlengkap di antara bahasa-bahasa Semit. Kelengkapan bahasa ini dapat dilihat dari beberapa ciri berikut.

a.       Bahasa Arab tidak hanya mencakup bunyi-bunyi yang terdapat dalam bahasa Semit lain, tetapi juga bunyi-bunyi lain yang tidak ada persamaannya dalam bahasa Semit seperti bunyi sa’, zal, gain, dan da’
b.      Bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah nahwu (gramatika) dan saraf (morfologi) yang lebih luas dan rinci
c.       Bahasa Arab mempunyai akar kata yang lebih banyak dan lebih luas daripada bahasa-bahasa Semit lain.

3.2.                   Komunikasi Non Verbal
Pada dasarnya komunikasi non verbal adalah mengirim dan menerima pesan dalam berbagai cara tanpa menggunakan kode verbal (kata). Secara umum, ada dua kategori dasar-bahasa nonverbal,yaitu :
a.
Pesan nonverbal yang diproduksi oleh tubuh;
b.
Pesan nonverbal yang dihasilkan oleh pengaturan yang luas (waktu,  ruang, diam)
Pada dasarnya,komunikasi non verbal adalah salah satu aspek kunci komunikasi (dan khususnya penting dalam konteks-budaya tinggi). Fungsi komunikasi non verbal adalah :
·         Digunakan untuk mengulangi pesan verbal
·         Sering digunakan untuk aksen pesan verbal (Misalnya nada verbal menunjukkan arti sebenarnya dari kata-kata tertentu).
·         Mengatur interaksi (isyarat non verbal sekumpulan ketika orang lain harus berbicara atau tidak berbicara).

Perbedaan budaya dalam komunikasi non-verbal adalah :
a)        Penampilan Umum dan Dress
Penampilan masyarakat wanita Saudi Arabia biasa memakai jubah yang menutupi seluruh tubuh dan cadar. Sedangkan masyarakat laki-laki  Saudi Arabia biasa memakai gamis panjang dan sorban.

b)        Ekspresi wajah
Sementara beberapa orang mengatakan bahwa ekspresi wajah adalah identik, artinya yang menyertainya berbeda. Mayoritas berpendapat bahwa ini memang memiliki makna serupa di seluruh dunia berkenaan dengan tersenyum, menangis, atau menunjukkan kemarahan, kesedihan, atau jijik. Namun, intensitas bervariasi dari budaya ke budaya.
Banyak masyarakat Saudi Arabia melebih-lebihkan kesedihan.

c)        Kontak mata
Budaya Arab melakukan kontak mata yang lama. Hal ini menunjukkan suatu kepercayaan, minat dan membantu mereka memahami kebenaran orang lain. (Seseorang yang tidak membalas kontak mata, dipandang sebagai seseorang yang tidak bisa dipercaya)

d)       Sentuhan
Budaya Islam umumnya tidak menyetujui sentuhan antara beda jenis kelamin. Tapi mempertimbangkan menyentuh seperti (termasuk memegang tangan, pelukan) antara sesama jenis. Wisatawan, tamu dan keluarga teman-teman akan disambut hangat oleh sebagian besar Arab keluarga. Kemampuan untuk menjadi tuan rumah yang baik dianggap sebagai tes kehormatan seseorang, Kebanyakan orang Arab sangat sopan, orang-orang yang hangat dengan konsep yang berbeda ruang pribadi dari Amerika dan Eropa Utara. Berhati-hati saat bertemu perempuan. Pria biasanya hanya akan menjabat tangan seorang wanita pada saat yang diperkenalkan, dan bahkan kemudian hanya jika dia menawarkan tangan pertama.

e)        Bau
      Budaya Saudi Arabia menganggap bau badan alami seperti biasa.

                                   3.3.                        Komunikasi Tulisan
Kebangkitan Arab sebagai bahasa dunia erat kaitannya dengan munculnya Islam sebagai agama utama dunia. Sebelum munculnya Islam, Arab adalah anggota kecil dari cabang selatan dari rumpun bahasa Semit, yang digunakan oleh sejumlah kecil suku nomaden di Semenanjung Arab, dengan didokumentasikan tekstual sejarah yang sangat buruk. Dalam seratus tahun setelah kematian Muhammad, nabi yang dipercayakan oleh Allah untuk menyampaikan pesan Islam, Arab telah menjadi bahasa resmi kerajaan dunia yang batas-batas membentang dari Sungai Oxus di Asia Tengah ke Atlantik laut, dan bahkan pindah ke utara ke Semenanjung Iberia Eropa.
Tulisan Arab yang ada sekarang telah menempuh sejarah dan periode yang panjang. Ada 5 periode yang dilalui tulisan Arab, yaitu :
a.       Tulisan suku-suku Man’iniyyah yang hidup di sebelah selatan Yaman sekitar abad ke-8 SM mempunyai tiga bentuk yaitu :
·         Ukiran lihyani : tulisannya dimulai dari kanan ke kiri
·         Ukiran  samudi : disusun dari atas ke bawah
·         Ukiran safawi : memiliki arah baca yang berbeda-beda kadang dari kiri dan kadang-kadang dari kanan
       Huruf hijaiyyah dalam semua bentuk tulisan tersebut ditulis terpisah.      
b.      Tulisan Nabti,merupakan salah satu bentuk tulisan Armenia yang mirip dengan tulisan lihyani,safawi,dan samudi.
c.       Tulisan yang merupakan pecahan dari tulisan Nabti memiliki bentuk huruf yang mendekati huruf Arab yang digunakan sekarang.
d.      Tulisan Arab yang mendapat pengaruh dari tulisan Suryani,memiliki bentuk tulisan dan ejaan yang mulai jelas tanpa harakat.Pada tahap ini,tulisan masih berupa lambang bunyi mati yang membedakan antara huruf ganda (al-musyaddad) dan huruf tunggal (al-mukhaffaf).
e.       Masuknya sisten lambang bunyi-bunyi panjang (al-madd) dengan memnggunakan 3 huruf diletakkan dalam bentuk dasar yang dapat melambangkan tiga bunyi yang mengantarai bunyi panjang dan bunyi mati. Ketiga huruf itu adalah hamzah (alif), ya’, dan wau.   



BAB IV
PEMBAHASAN

  4.1            Hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi Arabia
Komunikasi yang efektif dengan orang-orang dari budaya yang berbeda sangat menantang. Budaya menyediakan orang dengan cara berpikir,cara melihat, mendengar, dan menafsirkan dunia. Jadi kata-kata yang sama dapat berarti hal yang berbeda untuk orang-orang dari budaya yang berbeda, bahkan ketika mereka berbicara bahasa yang “sama”. Ketika bahasa telah berbeda- berbeda, maka terjemahan harus digunakan untuk berkomunikasi sebagai potensi untuk meningkatkan kesalahpahaman.
Ting-Toomey menjelaskan tiga cara di mana budaya mengganggu dengan pemahaman lintas-budaya yang efektif,yaitu :
·         Pertama adalah apa yang ia sebut "kendala kognitif." Ini adalah kerangka referensi atau pandangan dunia yang memberikan latar belakang bahwa semua informasi baru dibandingkan dengan atau dimasukkan ke dalam.
·         Kedua adalah "kendala perilaku." Setiap kebudayaan memiliki aturan sendiri tentang perilaku yang tepat yang mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal. Apakah kita melihat orang lain dengan mata atau tidak ,apakah seseorang mengatakan apa yang berarti terang-terangan atau berbicara di sekitar masalah ini, bagaimana orang-orang yang berdiri dekat satu sama lain ketika mereka berbicara dan masih banyak lagi aturan kesopanan yang berbeda dari budaya ke budaya.
·         Faktor ketiga Ting-Toomey adalah "kendala emosional." Beberapa budaya menjadi sangat emosional ketika mereka berdebat masalah. Mereka berteriak, mereka menangis, mereka menunjukkan kemarahan mereka, takut, frustrasi, dan perasaan lainnya secara terbuka. Budaya lain mencoba untuk menjaga emosi mereka tersembunyi, memamerkan atau berbagi hanya "rasional" atau aspek faktual situasi.
Semua perbedaan ini cenderung menyebabkan masalah komunikasi. Jika orang yang terlibat tidak menyadari potensi masalah seperti itu, mereka lebih cenderung menjadi korban. Dibutuhkan kesadaran yang lebih untuk mengatasi masalah dan berkomunikasi secara efektif di seluruh budaya.

  4.2            Cara mengeliminasi hambatan komunikasi dalam budaya Saudi Arabia
Banyak orang kurang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hambatan-hambatan dalam komunikasi lintas budaya seringkali terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk mengeliminasi hambatan tersebut, diantaranya adalah:
·         Niat
Sebelum memulai komunikasi, yang perlu diputuskan adalah niat. Semua orang harus memiliki niat ketika akan melakukan komunikasi.Hal ini dapat mempengaruhi dasar dari suatu komunikasi. Sebelum memulai komunikasi, luangkan waktu untuk mengingatkan diri sendiri tentang tujuan komunikasi tersebut. Ini akan membantu untuk tetap fokusnya komunikasi dan akhirnya membuat pembicaraan yang memuaskan bagi semua pihak.
·         Underlying Concerns
Pikirkan tentang segala keprihatinan yang mungkin kita pegang dalam suatu percakapan. Kita mungkin khawatir bahwa orang lain tidak bersedia untuk diajak berdiskusi , atau membuat hal-hal yang lebih buruk dengan mengusung masalah ini. Sangat penting untuk kita benar-benar mengerti apa yang mendasari  kekhawatiran tersebut.
·         Get on the same page
Mengidentifikasi alasan yang mendasari komunikasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan di bagian paling awal percakapan. Menguraikan hasil-hasil spesifik yang kita harapkan dapat membantu menjaga komunikasi dan membuatnya lebih mudah untuk mengatasi masalah apapun yang kita tangani. Berbicara tentang fakta, daripada hipotesis atau generalisasi sangat penting untuk komunikasi yang efektif. Perawat harus menghindari menghakimi orang lain, menyebut nama psien sembarangan, atau menggunakan label negatif untuk menggambarkan klien.
·       Economy of Words
Selama berkomunikasi, sangat penting untuk menggunakan kata-kata cukup jelas, tidak berkata – kata yang mengaburkan makna dan mempersulit masalah. Mencoba untuk tetap berpegang pada satu subjek, atau satu aspek dalam situasi tersebut sampai kita bisa mendapatkan beberapa solusi. Setelah itu baru beranjak ke point yang lain. Terlalu banyak bicara juga dapat mengakibatkan  kebuntuan makna dan dapat menghambat apapun dari apa yang akan dicapai.
·      Negosiasi
Setelah permasalahan telah dibahas secara menyeluruh dan kita yakin dengan hasil yang diinginkan, tindakan selanjutnya adalah menggunakan ide-ide brainstorming yang akan membantu perawat dan klien menemukan solusi dalam situasi tersebut.Perlu juga untuk mempertimbangkan semua sudut pandang, dan memaastikan bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan tentang solusi yang akan diberikan.
·      Perjanjian
when you reach this point in the conversation, both parties need to decide who is prepared to take the specific actions needed to implement the strategies you have identified as solutions. ketika perawat telah mencapai titik ini dalam komunikasi, perlu diputuskan siapa yang siap untuk mengambil tindakan khusus yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan strategi yang telah kita identifikasikan sebagai solusi.Kedua belah pihak (perawat dan klien) harus puas dengan kesimpulan yang telah kita capai, tindakan yang perlu diambil, dan bahwa strategi keseluruhan pada kenyataannya telah disediakan dan solusi yang memuaskan. Perjanjian tersebut harus disertakan kerangka waktu tertentu, yaitu kapan tindakan akan selesai dan siapa yang akan menyelesaikannya.
·      Akuntabilitas
Arrange a future time to follow up on the discussion, memastikan juga bahwa perawat dan klien bertemu untuk melihat bagaimana perkembangan kesehatan berikutnya. Wait until there is a problem and you've waited too long. Bila perawat ada urusan dengan klien lainnya, pastikan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menjaga perjanjian sebelumnya tetap berjalan dengan baik.


  4.3            Peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan / asuhan keperawatan
As the frontline deliverers of patient care, nurses have the opportunity to make effective and lasting improvements in communication. To successfully implement a communication initiative—whether it is a cultural shift, a process change, or a new system that promotes communication as a fundamental component of patient safety—organizations should take an organized approach that involves stakeholders in every step. Effective communication is worth the time and investment of both the organization and the individuals at the organization because of the positive outcomes it produces.
Sebagai ujung tombak dalam perawatan pasien, perawat memiliki kesempatan untuk membuat komunikasi yang efektif dan perbaikan-perbaikan. Untuk bisa berhasil melaksanakan komunikasi apakah itu dalam hal pergeseran budaya, proses mengubah, atau sistem baru yang mempromosikan komunikasi sebagai komponen fundamental keselamatan pasien, setiap perawat harus mengambil pendekatan yang terstruktur yang melibatkan orang yang berkepentingan (klien) dalam setiap langkah. Komunikasi yang efektif memerlukan waktu dan investasi dari kedua belah pihak untuk menghasilkan komunikasi yang positif.











BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam upaya memahami komunikasi lintas budaya di kalangan pembaca khususnya budaya Arab, maka penulis membuat makalah ini.
            Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat mengerti bahwa:
1.      Komunikasi lintas budaya sangat diperlukan sebagai dasar perawat dalam melakukan transfer informasi kepada klien. Komunikasi lintas budaya itu sendiri adalah proses dimana dialihkannya ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih.
2.      Gambaran budaya Arab meliputi karakteristik demografi, sosiologis, biologis dan psikologis yang beraneka ragam menjadikan negara ini memiliki hal yang unik untuk dipelajari. Penduduk Arab Saudi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk  yang cepat, juga tradisi masyarakat arab, kehidupan sosial yang dipengaruhi oleh banyak faktor, ciri fisik dan psikologi masyarakat Arab yang berbeda dari bangsa lain.
3.      Gambaran pola komunikasi budaya Arab perbedaannya sangat menonjol dibandingkan dengan bangsa lain. Arab terkenal dengan tulisannya yang memiliki kaidah bahasa tersendiri. Komunikasi personal dan interpersonal pun memiliki aksen tersendiri.
4.      Hambatan implementasi dalam berkomunikasi lintas budaya antara lain dibagi menjadi 3 bagian yaitu kendala kognitif, kendala perilaku, dan kendala emosional.
5.      Peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik apabila perawat memahami cara bekomunikasi yang efektif dengan klien dan mengarah pada komunikasi terapeutik agar dapat menghasilkan status kesehatan yang diinginkan. 
5.2 Saran-saran
Penulisan makalah ini ditujukan bagi perawat dan mahasiswa perawat pada khususnya yang berkepentingan terhadap pemahaman komunikasi lintas budaya di kalangan profesi perawat di Indonesia, terutama mahasiswa program studi D-III keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang.
            Selain itu makalah ini berfungsi untuk :
1.      Agar pembaca dapat lebih memahami gambaran kebudayaan Saudi Arabia
2.      Agar pembaca mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3.       Agar pembaca mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4.      Agar pembaca mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan













DAFTAR PUSTAKA
1.      Adib, Khoirul. 2009. Bahasa Arab dalam khazanah budaya nusantara. Malang: Universitas Negeri Malang.
2.      Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi pembelajaran bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
3.      Lippincott Williams & Wilkins. Nurses’ Role in Communication and Patient Safety.   J Nurs Care Qual 2009;24(3):184-188. Wolters Kluwer Health.
4.      http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_arab, di akses pada tanggal  2 April 2011
5.      http://www.joshuaproject.net/masyarakat arab. di akses tanggal 2 April 2011
6.      http://google terjemahan.com/non verbal- communication. Di akses pada tanggal 2 April 2011
7.      http://id.wikipedia.org/wiki/culture of saudi arabia, di akses pada tanggal 27 April 2011
8.       http://encyclopediaegypt.com/e-race. di akses 27 April 2011
9.      http://id.wikipedia.org/wiki/demografi arab saudi, di akses pada tanggal 29 April 2011
10.  http://kajiantimurtengah.wordpress.com, di akses pada tanggal 1 Mei 2011

0 komentar:

Posting Komentar