BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka. (Hafied Cangara). Kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B Taylor)
Adapun komunikasi
lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai :
·
Komunikasi yang dilakukan oleh dua
kebudayaan atau lebih
·
Komunikasi yang dilakukan sebagai
akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur kebudayaan itu sendiri, seperti
komunikasi antar masyarakatnya.
Komunikasi Lintas budaya adalah proses dimana
dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya
dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun
lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk
kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau
bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua
kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru).
Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya yaitu :
a)
Ada dua atau lebih kebudayaan yang
terlibat dalam komunikasi
b)
Ada jalan atau tujuan yang sama yang
akhirnya menciptakan komunikasi itu
c)
Komunikasi Lintas budaya
menghasilkan kuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang
terlibat,
d)
Komunikasi lintas budaya dijalin
baik secara individu anggota masyarakat maupun dijalin secara berkelompok atau
dewasa ini dapat dilakukan melalui media,
e)
Tidak semua komunikasi lintas budaya
menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada
penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau
tidaknya dipengaruhi,
f)
Bila dua kebudayaan melebur karena
pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan
inilah yang disebut akulturasi,
1.2
Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan dibuatnya
makalah ini antara lain:
1. Untuk
mengetahui gambaran kebudayaan Saudi
Arabia
2. Untuk
mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3. Untuk
mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4. Untuk
mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan
komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan
1.3
Manfaat
Manfaat yang diharapkan
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar
pembaca dapat lebih memahami gambaran kebudayaan Saudi Arabia
2. Agar
pembaca mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3. Agar pembaca mengetahui hambatan implementasi
komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4. Agar
pembaca mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan
komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan
1.4
Ruang Lingkup
Makalah
ini membahas tentang spesifikasi kebudayaan Saudi Arabia
BAB
II
GAMBARAN
BUDAYA SAUDI ARABIA
2.1
Karakteristik
Demografi
Hal
menjelaskan tentang
fitur demografis penduduk Arab Saudi, termasuk kepadatan penduduk, etnis,
tingkat pendidikan, kesehatan rakyat, status ekonomi, afiliasi keagamaan
dan aspek lain dari populasi. Demografi Arab Saudi, data FAO, tahun 2005; Jumlah
penduduk dalam ribuan.
Saudi Arabia berpenduduk sebanyak 4
juta jiwa dan 1,6 juta jiwa yang bukan warga negara dengan 50% datang dari Asia
Selatan. Kebanyakan masyarakat pribumi datang
dari keturunan Persia. Hampir
semua rakyat di Uni Emirat Arab adalah
Muslim. Sekitar 80%
penduduknya bisa membaca dan menulis. Sensus penduduk Arab Saudi sejak April
2010 adalah 27.136.977, terdiri dari 18.707.576 warga Saudi dan 8.429.401 warga
negara asing.
Sampai tahun 1960, sebagian besar
penduduk Arab Saudi adalah nomaden
atau seminomadic karena pertumbuhan ekonomi dan perkotaan yang cepat.Beberapa
kota dan oasis memiliki kepadatan lebih dari 1.000 orang per kilometer persegi
(2.600 / mil ²). Penduduk Arab Saudi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat.Arab Saudi dikenal sebagai tempat
kelahiran Islam yang mewajibkan semua muslim untuk menggunakannya sebagai
tempat haji, atau ziarah ke Mekah, setidaknya sekali selama hidup jika mereka
mampu melakukannya. Lingkungan budaya di Arab Saudi sangat konservatif, negara
menganut interpretasi yang ketat hukum agama Islam (syariat). Budaya presentasi harus sesuai dengan standar etika yang didefinisikan
secara sempit. Pria dan wanita tidak diizinkan untuk menghadiri acara publik
bersama-sama dan dipisahkan di tempat kerja.
Saudi kebanyakan didominasi oleh
etnis Arab. Beberapa berasal dari etnis campuran dan keturunan dari Turki,
Iran, Somalia Indonesia, India, Rusia, Afrika yang sebagian besar bermigrasi
sebagai peziarah dan berada di wilayah Hijaz di sepanjang pantai Laut Merah
seperti Jeddah, Mekkah dan Madinah. Menurut survei acak, sebagian besar calon Saudi berasal dari benua dan
negara-negara Arab.Banyak orang-orang Arab dari negara-negara terdekat bekerja
di kerajaan. Ada juga sejumlah besar ekspatriat Asia yang sebagian besar berasal dari India, Pakistan, Afghanistan,
Bangladesh, Indonesia dan Filipina.Pada 1970-an dan 1980-an, ada juga komunitas
signifikan buruh migran Korea Selatan yang berjumlah ratusan ribu.
Tetapi pemerintah Korea Selatan hanya menunjukkan 1.200 warga negara mereka
yang tinggal di kerajaan tersebut. Pada
tahun 2005,ada lebih dari 100.000 orang barat di Arab Saudi yang sebagian besar
tinggal di senyawa swasta di
kota-kota besar seperti Riyadh, Jeddah dan Dhahran. Pemerintah melarang
non-Muslim untuk tinggal di kota Mekah.
2.2
Karakteristik
Sosiologis Cultures
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa
seseorang itu benar-benar orang Arab. Salah satu karakteristik yang pasti
adalah rasa bangga menjadi orang Arab. Semua aspek fisik, geografis, dan agama
mereka sangat beraneka ragam.Namun
demikian, kefasihan dalam berbicara Arabic (atau dialek Arab) dan kecintaan
terhadap budaya warisan Arab mungkin adalah dua hal paling penting.
Di dunia Arab modern, nilai-nilai tradisional sudah
berubah. Hal ini disebabkan oleh urbanisasi, industrialisasi, dan berkurangnya
suku-suku yang ada. Kini, hanya 5% dari orang Arab modern yang tinggal di gurun
sebagai penggembala dan beberapa
komunitas orang Arab yang cukup besar bisa ditemukan di hampir semua dunia
barat. Sekitar 40% orang Arab tinggal di kota-kota besar. Hal ini telah
menyebabkan ikatan tradisional keluarga dan suku putus. Kini, para wanita dan
pria memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih
besar. Banyak juga perubahan-perubahan lain yang menciptakan "kelas menengah" baru dalam
masyarakat mereka. Komunitas imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara
bukan Arab) masuk dalam ketegori "kelas menengah". Karena para
imigran Arab sangat terbuka terhadap budaya barat, budaya dan gaya hidup
tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan. Akibatnya, ikatan budaya
mereka merenggang.
Ada berbagai jenis pekerjaan bagi sebagian besar
imigran Arab. Hal ini sangat membantu kehidupan miskin mereka. Namun di sisi
lain, hal tersebut mengendorkan ikatan tradisional keluarga mereka. Para wanita
diberi kebebasan untuk meninggalkan rumah. Perjodohan dan tekanan sosial untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan agama tradisional pun semakin sedikit.
Dibanding struktur sosial di gurun atau desa Arab,
struktur sosial para imigran Arab lebih rumit. Sekarang ini, kebanyakan imigran
Arab mengakui jati diri mereka berdasar kebangsaan, bukan kesukuan.
Meskipun persatuan politik masih merupakan mimpi bagi
masyarakat Arab, bahasa Arab masih menjadi pemersatu paling utama. Dalam
upayanya melestarikan bahasa ibu mereka, Arab telah mempertahankan dua jenis
bahasa Arabic. Jenis bahasa yang pertama adalah bahasa Arab klasik (classical
Arabic) yaitu bahasa religius dan sastra yang diucapkan dan
dituliskan secara seragam di dunia Arab. Jenis bahasa yang kedua adalah bahasa
Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic) yaitu bahasa lisan informal yang berbeda-beda, tergantung
dialek masing-masing daerah. Kedua jenis bahasa tersebut digunakan oleh
orang-orang Arab yang berpendidikan.
Beberapa upaya untuk memelihara tradisi budaya,
seperti penamaan anak, telah dilakukan. Umumnya, nama seorang anak Arab
mencerminkan tiga elemen penting dalam kehidupan Arab: sanak keluarga, rumah,
dan agama. Jadi, seorang bocah lelaki mungkin saja bernama Muhammad bin Ibrahim
al Hamza. "Muhammad" merupakan nama religiusnya. Lalu "bin
Ibrahim" adalah nama ayahnya. Dan "Al Hamza" berarti dia berasal
dari desa Hamza. Para gadis juga diberi nama yang mirip, yang tetap digunakan
meski setelah mereka menikah. Hal ini menunjukkan tradisi Arab Muslim, meskipun
para wanita tunduk pada para pria, mereka tetap mempertahankan identitas, hak,
dan ikatan keluarga mereka.
Penyunatan bagi laki-laki masih merupakan sebuah
tradisi dalam masyarakat Arab. Acara ini digelar pada sekitar tahun ketujuh,
dan diadakan sebagai pertanda masuknya anak laki-laki ke dalam masyarakat
religius. Para gadis jarang disunat, kecuali di beberapa daerah yang
terisolasi.
Awal mula masa Islam adalah saat "identitas
Arab" mempunyai arti bahwa semua orang Arab
adalah keturunan dari seorang pria biasa. Oleh karena itu, menjadi orang Arab
akan dihargai, dihormati, dan mendapat hak istimewa. Muhammad adalah orang yang pertama
kali mengajar ajaran Islam pada orang Arab di awal abad ketujuh. Hubungan
sejarah antara orang Arab dan agama Islam masih sangat kuat. Sekarang ini,
sekitar 93% orang Arab adalah Muslim, yang termasuk dalam sejumlah sekte: Shia
("Ithna Ashari" atau "Ismaeli"), Alawi, Zaidi, dan Sunni.
Muslim Sunni adalah sekte paling besar.
2.3
Karakteristik
Biologis Masyarakat Budaya Saudi Arabia
Secara umum, ciri fisik
masyarakat Arab adalah sebagai berikut :
1. Memiliki
postur tubuh tegap, tinggi, besar.
2. Berambut
keriting
3. Berhidung
mancung
4. Memiliki
alis mata yang tebal
2.4
Karakteristik
Psikologis Masyarakat Budaya
Saudi Arabia
Bangsa Badui sebagai representasi kehidupan psikologis
masyarakat Arab baik sebagai masyarakat nomand maupun urban. Orang Badui bukanlah
bangsa gipsi yang mengembara tanpa mengetahui arah. Mereka telah mewakili
bentuk adaptasi kehidupan terbaik manusia terhadap kondisi geografisnya yang
dimonopoli oleh gurun. Perbedaan domisili antara perkotaan dan masyarakat gurun
hanya dimotivasi oleh desakan kuat untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan
perlindungan diri.
Orang Arab Badui merupakan gambaran nyata dari kondisi alam
gurun yang penuh dengan kekerasan dan keganasannya. Sebuah karakteristik
masyarakat yang dibentuk oleh keadaan geografis lingkungan tempat tinggalnya.
Di antara karakteristik masyarakat Arab Badui adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Etnosentrisme Historis Yang Kuat
Masyarakat Badui enggan untuk mengikuti pengaruh dan cara hidup asing,
dan memilih untuk hidup dengan tradisi yang telah ditanamkan oleh para
leluhurnya. Masyarakat ini selalu bertahan dengan tata kehidupan para
pendahulunya baik dalam memilih tempat tinggal, berternak hewan, serta
menganggap pertanian, perdagangan dan bahkan kerajinan akan menurunkan derajat
mereka.
2. Memiliki Ikatan Darah Dan Kesukuan Yang Kuat
Gurun pasir yang gersang dan keras tidak hanya sekedar tempat tinggal
tetapi juga sebagai penjaga tradisi sacral mereka, pemelihara kemurnian bahasa
dan darah mereka, dan benteng pertahanan yang utama dan paling utama dari
serangan musuh dari luar. Kondisi yang panas, langka akan persedian air dan
makanan telah menjadikan karakter bangsa Arab enggan untuk menundukkan kepala
pada kendali bangsa asing. Bagi orang badui tidak ada musibah paling hebat dan
paling menyakitkan selain putus keanggotaan dengan sukunya. Mereka yang tidak
memiliki suku manapun sungguh statusnya seperti buronan tanpa perlindungan dan
keselamatan.
3. Memiliki Nilai Kesukuan Yang Tinggi
Dalam tataran sosial kemasyarakatan, mereka dikenal keras dan kejam
terhadap musuhnya. Orang badui merupakan sahabat yang setia dan pemurah (dhiyafah)
yang dibarengi dengan ketabahan (hamasah) dan kewibawaan laki-laki (muru’ah)
yang dipandang sebagai salah satu nilai kesukuan yang tinggi. Kondisi alam yang
keras dan tidak bersahabat telah menumbuhkan kepentingan bersama untuk
menjalankan satu tugas suci yaitu bersikap ramah dalam menyambut tamu.
4. Bangsa Yang Demokrat
Bangsa Arab secara umum dan masyarakat Badui terlahir sebagai seorang
democrat di mana ia berhadapan dengan syaikh dalam kedudukan yang
setara. Gelar malik (raja) tidak pernah digunakan orang Arab kecuali
ketika merujuk pada penguasa-penguasa asing khususnya warga Ghassan dan warga
Kindah yang telah dipengaruhi oleh Romawi dan Persia.
5. Berwatak Aristokrat
Selain bersifat demokratis, bangsa Arab juga memiliki sifat aristocrat.
Ia memandang dirinya sebagai perwujudan dari pola penciptaan unggulan. Baginya
bangsa Arab adalah bangsa terbaik (afkhar al-umam). Kemurnian darah,
kefasihan bahasa, keindahan puisi, kekuatan pedang dan kudanya serta kemuliaan
keturunannya (nasab) merupakan kebanggaan utama bangsa Arab. Mereka
menganggap geneologi mereka setara dengan ilmu pengetahuan.
6. Bangsa yang Egaliter
Bangsa Arab merupakan bangsa yang menjunjung tinggi harkat martabat
orang lain, mensejajarkan posisi dan status sosial dalam kehidupan masyarakat.
7. Memiliki gaya bahasa kiasan yang tidak bersifat lugas dan langsung
Gaya komunikasi orang Arab berbeda dengan pembicaraan orang-orang Barat
(Amerika dan Jerman) yang berbicara dengan langsung dan lugas. Dalam hal
berbicara, orang-orang Arab kurang menyampaikan pesan secara langsung dan
lugas. Dengan kata lain, orang Arab masih tidak berbicara apa adanya, masih
kurang jelas dan kurang langsung.
G. Ciri–Ciri Psikologis dan Fisik Bangsa Arab.
Di samping sifat umum masyarakat Arab yang tersebut di atas, masyarakat
Arab ciri-ciri fisik maupun non fisik yang berbeda dengan kebanyakan bangsa di
kawasan Asia Barat. Di antara sifat-sifat psikis bangsa Arab adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki
keteguhan pendirian dan kesabaran yang telah menjadi nilai luhur yang mereka
pegang sehingga mereka mampu bertahan dalam kondisi alam yang begitu keras.
2. Kepasifan
dalam menanggung beban hidup lebih penting daripada mengubah kondisi yang
ada seberat apapun beban yang akan mereka tanggung.
3. Individualisme
yang tinggi sehingga mereka tidak pernah bisa mengangkat dirinya sejajar dengan
masyarakat sosial menurut standar nasional. Itulah yang menyebabkan mereka
enggan untuk mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi mereka.
4. Memiliki
disiplin yang kuat sebagai bentuk penghormatan terhadap ketertiban dan
otoritas.
5. Memiliki
keberanian berani sebagai bentuk adaptasi terhadap kerasnya persaingan hidup
masyarakat gurun yang keras dan kejam.
6. memilik
banyak isyarat non-verbal khas Arab lainnya yang berbeda makna dengan isyarat
non-verbal dalam bahasa Indonesia.
2.5
Ciri Khas Budaya Saudi Arabia
Pengaturan
budaya Arab Saudi Arab dan Muslim. Banyak larangan perilaku dan berpakaian
ditegakkan. Misalnya minuman beralkohol dilarang dan tidak ada pameran atau
publik teater film (sampai saat ini).Educated Saudi mendapat informasi tentang
isu-isu dunia Arab, dunia Muslim, dan dunia pada umumnya, tetapi ekspresi
publik tentang hal-hal domestik tidak dianjurkan. Tidak ada organisasi seperti
partai politik atau serikat buruh untuk menyediakan forum-forum publik. Ciri
khas yang nampak pada budaya Saudi Arabia adalah :
a.Musik
dan tari
Salah satu ritual yang paling menarik rakyat Arab Saudi adalah Al Ardha, tarian nasional negara. Tarian pedang ini didasarkan pada tradisi Badui kuno: drumer mengalahkan irama dan nyanyian penyair ayat sambil membawa pedang-orang tari bahu ke bahu. Al-sihba musik rakyat, dari Hejaz, memiliki asal-usul di al-Andalus. Di Mekkah, Madinah dan Jeddah, tari dan lagu menggabungkan suara mizmar, instrumen woodwind obo-seperti di kinerja tari mizmar. Drum juga merupakan instrumen penting menurut adat tradisional dan suku. Samri adalah bentuk tradisional populer musik dan tari di mana puisi yang dinyanyikan tari Dabka dalam tarian utara dan perut untuk wanita dengan berbagai gaya seperti halnya styile khaleeji dalam gaya timur dan saedi di Hijaz.
Salah satu ritual yang paling menarik rakyat Arab Saudi adalah Al Ardha, tarian nasional negara. Tarian pedang ini didasarkan pada tradisi Badui kuno: drumer mengalahkan irama dan nyanyian penyair ayat sambil membawa pedang-orang tari bahu ke bahu. Al-sihba musik rakyat, dari Hejaz, memiliki asal-usul di al-Andalus. Di Mekkah, Madinah dan Jeddah, tari dan lagu menggabungkan suara mizmar, instrumen woodwind obo-seperti di kinerja tari mizmar. Drum juga merupakan instrumen penting menurut adat tradisional dan suku. Samri adalah bentuk tradisional populer musik dan tari di mana puisi yang dinyanyikan tari Dabka dalam tarian utara dan perut untuk wanita dengan berbagai gaya seperti halnya styile khaleeji dalam gaya timur dan saedi di Hijaz.
b.Pakaian
Wanita Arab Saudi menggunakan prinsip yang ketat tentang jilbab (prinsip Islam kesopanan, terutama dalam pakaian). Secara tradisional, laki-laki biasanya memakai baju panjang pergelangan kaki tenunan dari wol atau kapas (dikenal sebagai thawba), dengan keffiyeh (persegi kotak-kotak besar kapas yang diadakan di tempat oleh sebuah gulungan kabel) atau ghutra (kotak putih polos yang terbuat dari katun halus, juga diadakan di tempat oleh sebuah kumparan kabel) dipakai di kepala. Untuk hari dingin yang jarang terjadi, laki-laki Saudi memakai jubah bulu unta (Bisht) di atas. pakaian wanita dihiasi dengan motif suku, koin, manik-manik, benang metalik, dan appliques. Wanita diminta untuk memakai abaya, niqab atau burqa saat di tempat umum. Para niqab Saudi biasanya daun panjang slot terbuka untuk mata, slot dipegang bersama oleh sebuah string atau strip sempit kain.Banyak juga memiliki dua atau lebih lapisan tipis yang melekat pada band atas, yang dapat dipakai membalik ke bawah untuk menutup mata.Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi campuran pakaian tradisional dengan gaya fashion saat ini.
c.Makanan
Hukum makanan Islam melarang makan daging babi dan minum alkohol, dan hukum ini diberlakukan ketat di seluruh Arab Saudi. Makanan paling populer di Arab Saudi KABSA yang beras dan daging. Arab roti tidak beragi, atau khubz, dimakan dengan hampir semua makanan. kokot lainnya termasuk domba, ayam panggang, falafel (bola buncis goreng), shawarma (ludah-dimasak domba diiris), dan Ful medames (pasta kacang Fava, bawang putih dan lemon). kedai kopi tradisional digunakan untuk mana-mana, namun saat ini sedang mengungsi karena gaya kafe makanan-lorong. teh Arab juga merupakan adat yang terkenal, yang digunakan dalam kedua pertemuan kasual dan formal antara teman-teman, keluarga dan bahkan orang asing. Teh hitam (tanpa susu) dan memiliki aroma herbal yang datang dalam banyak variasi.
Hukum makanan Islam melarang makan daging babi dan minum alkohol, dan hukum ini diberlakukan ketat di seluruh Arab Saudi. Makanan paling populer di Arab Saudi KABSA yang beras dan daging. Arab roti tidak beragi, atau khubz, dimakan dengan hampir semua makanan. kokot lainnya termasuk domba, ayam panggang, falafel (bola buncis goreng), shawarma (ludah-dimasak domba diiris), dan Ful medames (pasta kacang Fava, bawang putih dan lemon). kedai kopi tradisional digunakan untuk mana-mana, namun saat ini sedang mengungsi karena gaya kafe makanan-lorong. teh Arab juga merupakan adat yang terkenal, yang digunakan dalam kedua pertemuan kasual dan formal antara teman-teman, keluarga dan bahkan orang asing. Teh hitam (tanpa susu) dan memiliki aroma herbal yang datang dalam banyak variasi.
d.Film
dan teater
Teater umum dan bioskop telah dilarang selama lebih dari tiga dekade, sebagai tradisi Sunni dianggap lembaga-lembaga tersebut tidak sesuai dengan Islam. Namun, pada Juni 2009, warga akhirnya mendapat kesempatan untuk pergi ke bioskop ketika Menahi, sebuah film yang diproduksi oleh Rotana, milik Pangeran Arab Saudi Al-Waleed bin Talal, mulai muncul di pusat budaya Raja Fahd di Riyadh.
Namun, teater IMAX tersedia, dan dalam senyawa swasta seperti Dhahran dan Ras Tanura teater publik dapat ditemukan, tetapi sering lebih populer untuk musik lokal, seni, dan produksi teater daripada pameran gambar gerak. DVD penjualan ritel, termasuk bahasa Arab, bahasa Inggris dan film India, secara hukum dan banyak tersedia.
Teater umum dan bioskop telah dilarang selama lebih dari tiga dekade, sebagai tradisi Sunni dianggap lembaga-lembaga tersebut tidak sesuai dengan Islam. Namun, pada Juni 2009, warga akhirnya mendapat kesempatan untuk pergi ke bioskop ketika Menahi, sebuah film yang diproduksi oleh Rotana, milik Pangeran Arab Saudi Al-Waleed bin Talal, mulai muncul di pusat budaya Raja Fahd di Riyadh.
Namun, teater IMAX tersedia, dan dalam senyawa swasta seperti Dhahran dan Ras Tanura teater publik dapat ditemukan, tetapi sering lebih populer untuk musik lokal, seni, dan produksi teater daripada pameran gambar gerak. DVD penjualan ritel, termasuk bahasa Arab, bahasa Inggris dan film India, secara hukum dan banyak tersedia.
e.Sastra
Beberapa novelis Saudi memiliki buku-buku mereka dipublikasikan di Aden, Yaman, karena sensor di Arab Saudi. Meskipun tanda-tanda peningkatan keterbukaan, novelis Saudi dan seniman dalam film, teater, dan seni visual menghadapi pembatasan lebih besar pada kebebasan berekspresi daripada di Barat. Novelis kontemporer Saudi meliputi:
* Abdul Rahman Munif (diasingkan, sekarang almarhum)
* Yousef Al-Mohaimeed
* Abdu Khal
* Turki al-Hamad (tergantung dari fatwa dan ancaman kematian)
* Ali al-Domaini (di penjara)
* Ahmed Abodehman (sekarang menulis dalam bahasa Perancis)
* Raja'a Alem
* Abdullah Al-emi
* Rajaa Al Sanie, penulis Girls novel laris Riyadh
f. Agama
Kerajaan Saudi Arabia adalah sebuah monarki teokratis Islam di mana Islam adalah agama resmi, hukum mengharuskan bahwa semua warga negara Saudi adalah Muslim. Tidak ada kebebasan beragama. Pemerintah tidak memberikan pengakuan hukum atau perlindungan bagi kebebasan beragama, dan ini sangat terbatas dalam praktek. Selain itu, praktek umum agama-agama non-Muslim dilarang Mutaween Saudi (Arab: مطوعين), atau Komite Propaganda Kebajikan dan Pencegahan Wakil (yaitu, polisi agama), memberlakukan larangan tersebut. Untuk alasan inilah, budaya Saudi tidak memiliki keragaman ekspresi keagamaan, bangunan, festival tahunan dan acara-acara publik yang terlihat di negara-negara di mana kebebasan beragama diperbolehkan.
Beberapa novelis Saudi memiliki buku-buku mereka dipublikasikan di Aden, Yaman, karena sensor di Arab Saudi. Meskipun tanda-tanda peningkatan keterbukaan, novelis Saudi dan seniman dalam film, teater, dan seni visual menghadapi pembatasan lebih besar pada kebebasan berekspresi daripada di Barat. Novelis kontemporer Saudi meliputi:
* Abdul Rahman Munif (diasingkan, sekarang almarhum)
* Yousef Al-Mohaimeed
* Abdu Khal
* Turki al-Hamad (tergantung dari fatwa dan ancaman kematian)
* Ali al-Domaini (di penjara)
* Ahmed Abodehman (sekarang menulis dalam bahasa Perancis)
* Raja'a Alem
* Abdullah Al-emi
* Rajaa Al Sanie, penulis Girls novel laris Riyadh
f. Agama
Kerajaan Saudi Arabia adalah sebuah monarki teokratis Islam di mana Islam adalah agama resmi, hukum mengharuskan bahwa semua warga negara Saudi adalah Muslim. Tidak ada kebebasan beragama. Pemerintah tidak memberikan pengakuan hukum atau perlindungan bagi kebebasan beragama, dan ini sangat terbatas dalam praktek. Selain itu, praktek umum agama-agama non-Muslim dilarang Mutaween Saudi (Arab: مطوعين), atau Komite Propaganda Kebajikan dan Pencegahan Wakil (yaitu, polisi agama), memberlakukan larangan tersebut. Untuk alasan inilah, budaya Saudi tidak memiliki keragaman ekspresi keagamaan, bangunan, festival tahunan dan acara-acara publik yang terlihat di negara-negara di mana kebebasan beragama diperbolehkan.
BAB
III
GAMBARAN
POLA KOMUNIKASI BUDAYA SAUDI ARABIA
3.1.
Komunikasi
verbal
Sastra Arab
adalah bahasa resmi dari 22 negara dan merupakan bahasa liturgi Islam karena
merupakan bahasa Al Qur'an , yang berasal dari Kitab Suci
umat Islam. Bahasa Arab sastra adalah
kendaraan besar budaya di Eropa, khususnya dalam sains, matematika dan
filsafat. Arab juga meminjam kata-kata
dari banyak bahasa, termasuk bahasa Ibrani ,
Yunani , Persia dan Syria di abad-abad awal, Turki di abad
pertengahan dan bahasa Eropa kontemporer di zaman modern. Bahasa Arab ditulis
dengan huruf Arab , yang merupakan abjad script, dan ditulis dari kanan-ke-kiri .
Kualifikasi vokal (volume, pitch, irama,
tempo, dan nada). Dalam budaya Saudi Arabia, kenyaringan kualifikasi vokal
menunjukkan kekuatan dan kelembutan menunjukkan kelemahan.
Penggunaan bahasa Arab secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Bahasa
Arab ‘amiyah yaitu bahasa Arab yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa ini terdiri dari :
· Kelompok
dialek Hedzjaz-Nejd yang mencakup dialek Hejaz, Nedj dan Yaman.
· Kelompok
dialek Suriah yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Suriah,Libanon,Palesyina,dan
Yordania timur
· Kelompok
dialek Irak yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di negeri-negeri
Irak
· Kelompok
dialek Mesir yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Mesir dan Sudan
· Kelompok
dialek Maroko yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan di Afrika utara
2. Bahasa
Arab fusha (fasih) yaitu bahasa Al
Quran dan hadits. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa tulisan atau bahasa
sastra dalam buku,surat kabar,majalah,hukum,administrasi,sastra,ceramah
ilmiah,pengajaran dan khotbah. Secara umum ,bahasa Arab merupakan bahasa yang
terlengkap di antara bahasa-bahasa
Semit. Kelengkapan bahasa ini dapat dilihat dari beberapa ciri berikut.
a. Bahasa Arab tidak hanya
mencakup bunyi-bunyi yang terdapat dalam bahasa Semit lain, tetapi juga
bunyi-bunyi lain yang tidak ada persamaannya dalam bahasa Semit seperti bunyi
sa’, zal, gain, dan da’
b. Bahasa Arab memiliki
kaidah-kaidah nahwu (gramatika) dan saraf (morfologi) yang lebih luas dan rinci
c. Bahasa Arab mempunyai
akar kata yang lebih banyak dan lebih luas daripada bahasa-bahasa Semit lain.
3.2.
Komunikasi
Non Verbal
Pada
dasarnya komunikasi non verbal adalah mengirim dan menerima pesan dalam
berbagai cara tanpa menggunakan kode verbal (kata). Secara umum, ada dua
kategori dasar-bahasa nonverbal,yaitu :
a. Pesan nonverbal yang diproduksi oleh tubuh;
b. Pesan nonverbal yang dihasilkan oleh pengaturan yang luas (waktu, ruang, diam)
a. Pesan nonverbal yang diproduksi oleh tubuh;
b. Pesan nonverbal yang dihasilkan oleh pengaturan yang luas (waktu, ruang, diam)
Pada dasarnya,komunikasi non verbal
adalah salah satu aspek kunci komunikasi (dan khususnya penting dalam
konteks-budaya tinggi). Fungsi komunikasi non verbal adalah :
·
Digunakan untuk mengulangi pesan verbal
·
Sering digunakan untuk aksen pesan verbal (Misalnya nada
verbal menunjukkan arti sebenarnya dari kata-kata tertentu).
·
Mengatur interaksi (isyarat
non verbal sekumpulan ketika orang lain harus berbicara atau tidak berbicara).
Perbedaan budaya dalam komunikasi non-verbal adalah :
a)
Penampilan Umum dan
Dress
Penampilan masyarakat wanita Saudi
Arabia biasa memakai jubah yang menutupi seluruh tubuh dan cadar. Sedangkan
masyarakat laki-laki Saudi Arabia biasa
memakai gamis panjang dan sorban.
b)
Ekspresi wajah
Sementara beberapa orang mengatakan
bahwa ekspresi wajah adalah identik, artinya yang menyertainya berbeda.
Mayoritas berpendapat bahwa ini memang memiliki makna serupa di seluruh dunia
berkenaan dengan tersenyum, menangis, atau menunjukkan kemarahan, kesedihan,
atau jijik. Namun, intensitas bervariasi dari budaya ke budaya.
Banyak
masyarakat Saudi Arabia melebih-lebihkan kesedihan.
c)
Kontak mata
Budaya
Arab melakukan kontak mata yang lama. Hal ini menunjukkan suatu kepercayaan,
minat dan membantu mereka memahami kebenaran orang lain. (Seseorang yang tidak
membalas kontak mata, dipandang sebagai seseorang yang tidak bisa dipercaya)
d)
Sentuhan
Budaya Islam umumnya tidak menyetujui
sentuhan antara beda jenis kelamin. Tapi mempertimbangkan menyentuh seperti
(termasuk memegang tangan, pelukan) antara sesama jenis. Wisatawan, tamu dan keluarga teman-teman
akan disambut hangat oleh sebagian besar Arab keluarga. Kemampuan
untuk menjadi tuan rumah yang baik dianggap sebagai tes kehormatan seseorang,
Kebanyakan orang Arab sangat sopan, orang-orang yang hangat dengan konsep yang
berbeda ruang pribadi dari Amerika dan Eropa Utara. Berhati-hati saat bertemu
perempuan. Pria biasanya hanya akan menjabat
tangan seorang wanita pada saat yang diperkenalkan, dan bahkan kemudian hanya
jika dia menawarkan tangan pertama.
e)
Bau
Budaya Saudi Arabia menganggap bau badan
alami seperti biasa.
3.3.
Komunikasi
Tulisan
Kebangkitan
Arab sebagai bahasa dunia erat kaitannya
dengan munculnya Islam sebagai agama utama dunia. Sebelum
munculnya Islam, Arab adalah anggota kecil dari cabang selatan dari rumpun
bahasa Semit, yang digunakan oleh sejumlah kecil suku nomaden di Semenanjung
Arab, dengan didokumentasikan tekstual sejarah yang sangat buruk. Dalam
seratus tahun setelah kematian Muhammad,
nabi yang dipercayakan oleh Allah untuk menyampaikan pesan Islam, Arab telah
menjadi bahasa resmi kerajaan dunia yang batas-batas membentang dari Sungai
Oxus di Asia Tengah ke Atlantik laut, dan bahkan pindah ke utara ke Semenanjung
Iberia Eropa.
Tulisan
Arab yang ada sekarang telah menempuh sejarah dan periode yang panjang. Ada 5
periode yang dilalui tulisan Arab, yaitu :
a. Tulisan
suku-suku Man’iniyyah yang hidup di sebelah selatan Yaman sekitar abad ke-8 SM
mempunyai tiga bentuk yaitu :
·
Ukiran lihyani : tulisannya dimulai dari kanan
ke kiri
·
Ukiran samudi : disusun dari atas ke bawah
·
Ukiran safawi : memiliki arah baca yang
berbeda-beda kadang dari kiri dan kadang-kadang dari kanan
Huruf hijaiyyah dalam semua bentuk tulisan tersebut ditulis terpisah.
b. Tulisan
Nabti,merupakan salah satu bentuk tulisan Armenia yang mirip dengan tulisan lihyani,safawi,dan samudi.
c. Tulisan
yang merupakan pecahan dari tulisan Nabti memiliki bentuk huruf yang mendekati
huruf Arab yang digunakan sekarang.
d. Tulisan
Arab yang mendapat pengaruh dari tulisan Suryani,memiliki bentuk tulisan dan
ejaan yang mulai jelas tanpa harakat.Pada tahap ini,tulisan masih berupa
lambang bunyi mati yang membedakan antara huruf ganda (al-musyaddad) dan huruf tunggal (al-mukhaffaf).
e. Masuknya
sisten lambang bunyi-bunyi panjang (al-madd)
dengan memnggunakan 3 huruf diletakkan dalam bentuk dasar yang dapat
melambangkan tiga bunyi yang mengantarai bunyi panjang dan bunyi mati. Ketiga
huruf itu adalah hamzah (alif), ya’,
dan wau.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Hambatan implementasi komunikasi pada budaya Saudi
Arabia
Komunikasi yang efektif dengan
orang-orang dari budaya yang berbeda sangat menantang. Budaya menyediakan orang
dengan cara berpikir,cara melihat, mendengar, dan menafsirkan dunia. Jadi
kata-kata yang sama dapat berarti hal yang berbeda untuk orang-orang dari
budaya yang berbeda, bahkan ketika mereka berbicara bahasa yang “sama”. Ketika bahasa telah
berbeda- berbeda,
maka terjemahan harus digunakan untuk
berkomunikasi sebagai potensi
untuk meningkatkan kesalahpahaman.
Ting-Toomey menjelaskan tiga cara di
mana budaya mengganggu dengan pemahaman lintas-budaya yang efektif,yaitu :
·
Pertama adalah apa yang ia sebut "kendala
kognitif." Ini adalah kerangka referensi atau pandangan dunia yang
memberikan latar belakang bahwa semua informasi baru dibandingkan dengan atau
dimasukkan ke dalam.
·
Kedua adalah "kendala perilaku." Setiap kebudayaan
memiliki aturan sendiri tentang perilaku yang tepat yang mempengaruhi
komunikasi verbal dan nonverbal. Apakah kita melihat orang lain dengan mata
atau tidak ,apakah seseorang mengatakan apa yang berarti terang-terangan atau
berbicara di sekitar masalah ini, bagaimana orang-orang yang berdiri dekat satu
sama lain ketika mereka berbicara dan masih banyak lagi aturan kesopanan yang
berbeda dari budaya ke budaya.
·
Faktor ketiga Ting-Toomey adalah "kendala
emosional." Beberapa budaya menjadi sangat emosional ketika mereka
berdebat masalah. Mereka berteriak, mereka menangis, mereka menunjukkan
kemarahan mereka, takut, frustrasi, dan perasaan lainnya secara terbuka. Budaya
lain mencoba untuk menjaga emosi mereka tersembunyi, memamerkan atau berbagi
hanya "rasional" atau aspek faktual situasi.
Semua perbedaan ini cenderung
menyebabkan masalah komunikasi. Jika orang yang terlibat tidak menyadari
potensi masalah seperti itu, mereka lebih cenderung menjadi korban. Dibutuhkan
kesadaran yang lebih untuk mengatasi masalah dan berkomunikasi secara efektif
di seluruh budaya.
4.2
Cara mengeliminasi hambatan komunikasi dalam budaya
Saudi Arabia
Banyak
orang kurang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hambatan-hambatan
dalam komunikasi lintas budaya seringkali terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan
beberapa cara untuk mengeliminasi hambatan tersebut, diantaranya adalah:
·
Niat
Sebelum memulai komunikasi, yang perlu diputuskan adalah niat. Semua orang
harus memiliki niat ketika akan melakukan komunikasi.Hal ini dapat mempengaruhi dasar
dari suatu
komunikasi. Sebelum memulai komunikasi, luangkan waktu untuk mengingatkan diri sendiri tentang
tujuan komunikasi
tersebut. Ini akan membantu untuk tetap fokusnya komunikasi dan akhirnya membuat pembicaraan yang memuaskan bagi semua pihak.
·
Underlying Concerns
Pikirkan tentang segala
keprihatinan yang mungkin kita pegang dalam suatu percakapan. Kita mungkin
khawatir bahwa orang lain tidak bersedia untuk diajak berdiskusi , atau membuat
hal-hal yang lebih buruk dengan mengusung masalah ini. Sangat penting untuk kita
benar-benar mengerti apa yang mendasari
kekhawatiran tersebut.
·
Get on the same page
Mengidentifikasi alasan
yang mendasari komunikasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan di bagian
paling awal percakapan. Menguraikan hasil-hasil spesifik yang kita harapkan
dapat membantu menjaga komunikasi dan membuatnya lebih mudah untuk mengatasi
masalah apapun yang kita tangani. Berbicara tentang fakta, daripada hipotesis
atau generalisasi sangat penting untuk komunikasi yang efektif. Perawat harus menghindari
menghakimi orang lain, menyebut nama psien sembarangan, atau menggunakan label
negatif untuk menggambarkan klien.
·
Economy of Words
Selama berkomunikasi,
sangat penting untuk menggunakan kata-kata cukup jelas, tidak berkata – kata
yang mengaburkan makna dan mempersulit masalah. Mencoba untuk tetap berpegang
pada satu subjek, atau satu aspek dalam situasi tersebut sampai kita bisa mendapatkan
beberapa solusi. Setelah itu baru beranjak ke point yang lain. Terlalu banyak
bicara juga dapat mengakibatkan
kebuntuan makna dan dapat menghambat apapun dari apa yang akan dicapai.
·
Negosiasi
Setelah
permasalahan telah dibahas secara menyeluruh dan kita yakin dengan hasil yang
diinginkan, tindakan selanjutnya adalah menggunakan ide-ide brainstorming yang
akan membantu perawat dan klien menemukan solusi dalam situasi tersebut.Perlu
juga untuk mempertimbangkan semua sudut pandang, dan memaastikan bahwa kedua
pihak telah mencapai kesepakatan tentang solusi yang akan diberikan.
·
Perjanjian
when you
reach this point in the conversation, both parties need to decide who is
prepared to take the specific actions needed to implement the strategies you
have identified as solutions. ketika perawat telah mencapai titik ini dalam
komunikasi, perlu diputuskan siapa yang siap untuk mengambil tindakan khusus
yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan strategi yang telah kita identifikasikan
sebagai solusi.Kedua belah pihak (perawat dan klien) harus puas dengan
kesimpulan yang telah kita capai, tindakan yang perlu diambil, dan bahwa
strategi keseluruhan pada kenyataannya telah disediakan dan solusi yang
memuaskan. Perjanjian tersebut harus disertakan kerangka waktu tertentu, yaitu
kapan tindakan akan selesai dan siapa yang akan menyelesaikannya.
·
Akuntabilitas
Arrange a
future time to follow up on the discussion, memastikan juga bahwa perawat dan
klien bertemu untuk melihat bagaimana perkembangan kesehatan berikutnya. Wait
until there is a problem and you've waited too long. Bila perawat ada urusan
dengan klien lainnya, pastikan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan untuk
menjaga perjanjian sebelumnya tetap berjalan dengan baik.
4.3
Peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi
hambatan komunikasi dalam pelayanan / asuhan keperawatan
As the frontline
deliverers of patient care, nurses have the opportunity to make effective and
lasting improvements in communication. To successfully implement a
communication initiative—whether it is a cultural shift, a process change, or a
new system that promotes communication as a fundamental component of patient
safety—organizations should take an organized approach that involves
stakeholders in every step. Effective communication is worth the time and
investment of both the organization and the individuals at the organization
because of the positive outcomes it produces.
Sebagai ujung tombak dalam perawatan
pasien, perawat memiliki kesempatan untuk membuat komunikasi yang efektif dan
perbaikan-perbaikan. Untuk bisa berhasil melaksanakan komunikasi apakah itu
dalam hal pergeseran budaya, proses mengubah, atau sistem baru yang
mempromosikan komunikasi sebagai komponen fundamental keselamatan pasien,
setiap perawat harus mengambil pendekatan yang terstruktur yang melibatkan
orang yang berkepentingan (klien) dalam setiap langkah. Komunikasi yang efektif
memerlukan waktu dan investasi dari kedua belah pihak untuk menghasilkan
komunikasi yang positif.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam upaya memahami komunikasi
lintas budaya di kalangan pembaca khususnya budaya Arab, maka penulis membuat
makalah ini.
Makalah
ini dibuat dengan tujuan dapat mengerti bahwa:
1. Komunikasi
lintas budaya sangat diperlukan sebagai dasar perawat dalam melakukan transfer
informasi kepada klien. Komunikasi lintas budaya itu sendiri adalah proses
dimana dialihkannya ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang
lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait
ataupun lebih.
2. Gambaran
budaya Arab meliputi karakteristik demografi, sosiologis, biologis dan
psikologis yang beraneka ragam menjadikan negara ini memiliki hal yang unik
untuk dipelajari. Penduduk Arab Saudi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, juga tradisi masyarakat arab,
kehidupan sosial yang dipengaruhi oleh banyak faktor, ciri fisik dan psikologi
masyarakat Arab yang berbeda dari bangsa lain.
3. Gambaran
pola komunikasi budaya Arab perbedaannya sangat menonjol dibandingkan dengan
bangsa lain. Arab terkenal dengan tulisannya yang memiliki kaidah bahasa
tersendiri. Komunikasi personal dan interpersonal pun memiliki aksen
tersendiri.
4. Hambatan
implementasi dalam berkomunikasi lintas budaya antara lain dibagi menjadi 3
bagian yaitu kendala kognitif, kendala perilaku, dan kendala emosional.
5. Peran
perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi dalam pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik apabila perawat memahami cara bekomunikasi
yang efektif dengan klien dan mengarah pada komunikasi terapeutik agar dapat
menghasilkan status kesehatan yang diinginkan.
5.2 Saran-saran
Penulisan makalah ini ditujukan
bagi perawat dan mahasiswa perawat pada khususnya yang berkepentingan terhadap
pemahaman komunikasi lintas budaya di kalangan profesi perawat di Indonesia,
terutama mahasiswa program studi D-III keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang.
Selain
itu makalah ini berfungsi untuk :
1. Agar
pembaca dapat lebih memahami gambaran kebudayaan Saudi Arabia
2. Agar
pembaca mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
3. Agar pembaca mengetahui hambatan implementasi
komunikasi pada budaya Saudi Arabia
4. Agar
pembaca mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan
komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Adib, Khoirul. 2009. Bahasa Arab dalam khazanah budaya nusantara.
Malang: Universitas Negeri Malang.
2. Izzan,
Ahmad. 2007. Metodologi pembelajaran
bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
3. Lippincott
Williams & Wilkins. Nurses’ Role
in Communication and Patient Safety. J
Nurs Care Qual 2009;24(3):184-188. Wolters Kluwer Health.
6. http://google terjemahan.com/non
verbal- communication.
Di akses pada tanggal 2 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar